JBN.CO.ID ■ SMPN Satap 12 Bulukumba adalah salah satu sekolah di Kecamatan Kindang, Kabupaten Bulukumba. Lokasinya terletak didaerah terpencil, salah satu hal yang cukup memprihatinkan karena tenaga pendidiknya mayoritas non PNS.
"Mereka memiliki semangat kerja yang cukup tinggi, namun hal tersebut tidak berbanding lurus dengan kesejahteraan mereka yang hanya digaji berkisar Rp 60 ribu perbulan," ungkap salah satu guru, Amir alif, S. Pd. kepada Kantor Berita JBN, hari ini. (07/10).
Menurutnya, untuk mendapatkan fasiitas tunjangan guru terpencil adalah sangat nihil, karena SMPN Satap 12 Bulukumba masuk dalam skop kelurahan bukan desa.
Dia berharap pemerintah bisa lebih memperhatikan posisi guru honorer sebagai pendidik, terutama dalam hal pemberian gaji. Apalagi kondisi belajar anak sangat tergantung dengan kondisi kerja guru itu sendiri.
"Jika guru tidak bekerja dengan kondisi yang baik, karena hak-hak dasarnya kurang terpenuhi, maka akan sangat membahayakan nantinya untuk anak-anak bisa mendapatkan kondisi belajar yang kurang maksimal," ulasnya.
Amir menambahkan, nasib guru-guru honorer masih sangat perlu perhatian lebih. Karena tidak bisa dibayangkan, di kota saja masih banyak guru honorer yang telah mengabdi cukup lama tetapi gajinya kurang manusiawi.
"Bagaimana nasib guru honorer yang berada di pedalaman salah satunya di SMPN Satap 12 Bulukumba. Berapa gaji mereka yang diterima dalam sebulan, mungkinkah cukup untuk membiayai kehidupan mereka dan keluarga mereka dalam sebulan? Sungguh miris," imbuhnya.
Menurut Amir alif, bahwa bagi guru-guru yang sudah berstatus pegawai negeri sipil (PNS), dalam kesejahteraannya tentu sudah lebih baik. Tapi untuk guru-guru honorer, operator itu kan memang butuh perhatian.
"Gaji guru honorer sendiri dialokasikan yang berasal dari dana BOS serta BOP, dan itu jumlahnya sangat terbatas. BOS itu hanya boleh diambil beberapa persen saja. Sehingga, penting untuk memberikan perhatian khusus bagi guru-guru yang berstatus honorer," tutup Amir Alif, S. Pd.
■ Muhammad Yunus