SUKABUMI | NUSANTARANEWS – Dugaan kasus pelecehan seksual yang melibatkan Ketua Hari Nelayan Palabuhanratu ke-64 terhadap salah satu finalis Putri Nelayan Palabuhanratu ke-64 telah mengguncang masyarakat. Tokoh budaya dan penggiat tradisi Palabuhanratu, Firman, menyampaikan tanggapannya melalui sambungan telepon via WhatsApp.
Firman mengungkapkan rasa kecewanya atas tindakan yang dilakukan oleh oknum Ketua Hari Nelayan tersebut. Ia menekankan bahwa tindakan ini tidak hanya mencoreng nama baik Palabuhanratu, tetapi juga mencemari momen sakral acara keteradisian yang telah diwariskan turun temurun dari nenek moyang dan karuhun.
"Ini adalah momen sakral yang harusnya dijaga dengan baik, namun kini tercoreng oleh tindakan tidak terpuji dari salah satu oknum. Saya sangat menyayangkan kejadian ini," ujar Firman.
Ia juga menyoroti pentingnya mengembalikan penyelenggaraan acara tersebut ke pemerintah daerah (Pemda) untuk memastikan keamanan dan kelancaran di masa depan. Firman menegaskan bahwa kejadian ini bisa menimbulkan trauma bagi para peserta di masa mendatang, sehingga perlu adanya langkah-langkah preventif yang lebih ketat.
"Saya berharap ke depan kegiatan seperti ini harus diresafel dan dikembalikan ke Pemda dulu. Dengan adanya kejadian seperti ini, pasti nanti ada trauma bagi peserta ketika ada audisi Putri Nelayan ini. Baiknya ini harus dikembalikan dulu ke Pemda," tambah Firman.
Lebih lanjut, Firman mendesak agar Polres Sukabumi segera menindaklanjuti kasus ini tanpa pandang bulu dan mengusutnya hingga tuntas. Ia menegaskan bahwa masyarakat akan terus mengawal kasus ini demi memastikan tidak ada lagi tindakan serupa di kemudian hari.
"Kami akan mengawal kasus ini, demi tidak ada hal-hal yang tidak diinginkan. Polres Sukabumi harus menindaklanjuti kasus ini tanpa pandang bulu secepatnya dan mengusutnya hingga tuntas," tutup Firman.
Dugaan kasus pelecehan ini telah menimbulkan keprihatinan di kalangan masyarakat Palabuhanratu. Banyak pihak yang berharap agar kasus ini segera menemukan titik terang dan keadilan dapat ditegakkan.
(Ismet)