NUSANTARANEWS | LEBAK - Demo anarkis yang menyebabkan anggota Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Lebak Yadi Suryadi meninggal dunia menyisakan segudang pertanyaan dari berbagai pihak.
Bahkan polres Lebak sudah menahan dua orang pendemo yang diduga dalang dari aksi tersebut. Namun sangat disayangkan polres Lebak sampai saat ini belum menyentuh aktor intelektual dibalik aksi tersebut.
Penetapan Ketua DPRD Lebak itu pertama berdasarkan perolehan kursi terbanyak dan kedua memang kewenangan DPP PDI Perjuangan bukan kewenangan kolektif Lembaga DPRD Lebak, maka sangat lucu aksi tersebut dilakukan di Gedung DPRD, maka semua pihak memiliki asumsi bahwa aksi tersebut dilakukan by design dan ada sekenario dibelakangnya.
Saat ini publik juga mengetahui siapa yang pengecut dan "ngebet" ingin jadi ketua DPRD Lebak, bahkan memakai issue liar soal laten PKI yang mengarah ke Dokter Juwita Wulandari yang notabene anak dari Ribka tjiptaning.
Jika ini dibiarkan maka akan jadi preseden buruk bagi Lembaga legislatif bahkan bagi partai yang bergambar banteng tersebut, publik bisa melihat bagaimana perebutan jabatan Ketua DPRD Lebak mengorbankan nyawa, bahkan mengorbankan peserta aksi yang kini ditahan.
Jika polres Lebak tidak bisa mengusut aktor intelektual dibelakang aksi tersebut, Saya akan membuat laporan ke Mabes Polri sekaligus menyurati DPP PDI Perjuangan untuk segera ambil sikap terkait kisruh di DPRD Lebak.
Diketahui, demo menolak calon Ketua DPRD Lebak Juwita Wulandari dari PDI Perjuangan berujung ricuh. Massa aksi melakukan aksi dorong dengan aparat kepolisian dan Satpol PP yang bersiaga di depan gedung Dewan. Massa mulai mendesak pagar gedung DPRD Lebak dan akhirnya roboh menimpa Anggota Satpol PP Yadi Suryadi dan rekannya, Murtono. Yadi mengalami cedera parah di kepala dan akhirnya meninggal pada 9 Oktober 2024 setelah menjalani perawatan intensif.
(Red)