NUSANTARANEWS | SUKABUMI – Di Kampung Cibeas RT 001 RW 003, Desa Sangrawayang, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi, berdiri sebuah pusat kreativitas anak yang diberi nama Sanggar Seni dan Taman Baca Beringin Putih. Sanggar ini didirikan oleh Randi Mahardika, yang juga menjabat sebagai ketuanya. Tujuan utama dari pendirian sanggar ini adalah membina generasi muda agar lebih mencintai seni dan budaya. Rabu (01/01)
Menurut Randi, Sanggar Beringin Putih merupakan wadah sosial yang memberikan akses gratis bagi anak-anak dan masyarakat untuk belajar seni dan budaya. "Kami tidak pernah memungut biaya sepeser pun. Yang penting mereka mau berkesenian dan cinta tradisi," ungkapnya.
Kegiatan di sanggar ini meliputi berbagai bidang seni, seperti tari tradisional (Jaipong, tari kreasi), seni rupa, kerajinan tangan, hingga karawitan. Jadwal kegiatan disesuaikan dengan usia peserta. Anak-anak di bawah usia 17 tahun biasanya berlatih selepas Ashar, sementara peserta dewasa berlatih setelah Isya.
"Kami fokus untuk anak-anak di wilayah sekitar, tetapi jika ada yang datang dari luar, kami tetap terbuka," ujar Randi. Saat ini, beberapa anak dari luar wilayah pun ikut bergabung untuk belajar seni di sanggar ini.
Meskipun sudah berkontribusi besar dalam melestarikan seni budaya, Sanggar Beringin Putih belum mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah daerah. Randi mengungkapkan bahwa untuk mendapatkan bantuan resmi, sanggar harus memiliki dokumen legal seperti akta notaris dan pengesahan dari Kemenkumham. Namun, biaya untuk memenuhi persyaratan tersebut cukup besar, sehingga belum dapat terealisasi.
Randi berharap agar pemerintah lebih memperhatikan inisiator-inisiator seperti dirinya yang berjuang untuk melestarikan seni dan budaya, khususnya di Kabupaten Sukabumi. "Daripada anak-anak menghabiskan waktu bermain gadget, lebih baik mereka diarahkan ke kegiatan yang positif. Kalau tidak suka menari, kami bisa arahkan ke seni lain seperti melukis atau kerajinan tangan," tutupnya.
Sanggar Beringin Putih menjadi bukti nyata bahwa semangat melestarikan budaya lokal tetap hidup di tengah perkembangan zaman. Dengan dukungan yang memadai, sanggar ini berpotensi menjadi pusat seni dan budaya yang lebih besar dan berdampak luas.
(Ismet)